SITUASI politik Indonesia sedang memasuki tahapan yang seru, momentum politik menuju pemilihan umum 2024 sudah tinggal menghitung bulan. Jika tidak halangan, sesuai jadwal dari KPU, pemilihan calon legislatif dan pemilihan Presiden-Wakil Presiden akan berlangsung pada 14 Februari 2024. Hal ini, sebagaimana tertuang dalam Peraturan KPU (PKPU) Nomor 3 Tahun 2022 tentang Tahapan dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilu Tahun 2024. Sedangkan, pemungutan suara serentak nasional untuk pemilihan Gubernur dan wakil Gubernur, bupati dan wakil bupati, wali kota dan wakil wali kota, dilaksanakan pada Rabu 27 November 2024.
Agenda pemilihan politik untuk partisipasi rakyat pada 2024 mendatang, sudah dimulai persiapannya sejak Juni 2022 lalu, sesuai dengan jadwal yang disiapkan oleh KPU. Dari mulai persiapan perencanaan anggaran dan aturan teknis pemilihan, hingga nanti pada pemilihan legislatif & Pilpres, serta tahapan Pilkada 2024 yang diselenggarakan secara serentak pada 27 November 2024.
Sejauh ini, ada banyak hal yang menarik pada kontestasi politik menuju 2024. Peta persaingan partai politik, fenomena calon presiden-wakil presiden, hingga konfigurasi kepala daerah pada level gubernur, serta Bupati-Walikota, semuanya dipengaruhi oleh persaingan politik saat ini, dan juga berimbas pada warna politik pada masa depan.
Pada konteks pemilu 2024, penulis ingin melihat konfigurasi pemilihan calon Presiden-Wakil Presiden yang akan menentukan politik Indonesia masa depan. Saat ini, warna politik dipengaruhi oleh kontestasi politik, negosiasi antar kekuatan finansial yang menjadi faktor penentu jaringan ekonomi, hingga persaingan konsolidasi jaringan konstituen di akar rumput.
Fenomena Gus Muhaimin dan Kontestasi Capres
Ada beberapa nama yang beredar sebagai nama-nama calon presiden dan wakil presiden. Dari beberapa rilis Lembaga survey sejak akhir 2022 hingga April 2023 saat ini, nama Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, Prabowo Subianto dan Gus Muhaimin Iskandar sering disebut sebagai calon penting. Di sisi lain, ada nama Airlangga Hartarto, Erick Thohir, Ridwan Kamil hingga Sandiaga Uno juga sering disebut dalam rilis-rilis Lembaga survey.
Sehari menjelang Idul Fitri tahun ini, Ketua Umum PDI Perjuangan Ibu Prof. Dr. Megawati Soekarnoputri mengumumkan pencalonan Ganjar Pranowo sebagai petugas partai yang disiapkan dalam gelanggang pemilihan Presiden 2024. PDI Perjuangan terlihat sangat berhati-hati dan mempertimbangkan banyak aspek. Terlihat bahwa partai ini ingin agar visi besar Bung Karno bisa berlanjut dari apa yang sudah dikerjakan pada era Presiden Joko Widodo, di bawah komando langsung Ibu Megawati.
Sementara, Anies Baswedan sudah lama digadang-gadang oleh Partai Nasdem yang dikawal langsung Bang Surya Paloh. Meski di internal partai koalisi, terkesan ada pergolakan terkait pencalonan Anies Baswedan dan hingga kini belum ada pengumuan resmi dari Koalisi Perubahan untuk posisi pencalonan presiden.
Di sisi yang lain, Gus Muhaimin dan PKB menjadi sangat menarik untuk didiskusikan dalam kerangka kontestasi politik. Gus Muhaimin sangat tahu bagaimana membuat politik menjadi dinamis, dengan kekuatan jaringan politik internal PKB yang mengakar hingga ke desa-desa. Gus Muhaimin juga pemimpin politik yang sangat dekat dengan komunitas pesantren, sebagai rumah aspirasi warga Nahdliyyin.
Terbaru, survey dari PolMark merilis bahwa Gus Muhaimin melesat menjadi lima besar posisi calon presiden. Gus Muhaimin menempati posisi 4,8 %, yang berada pada rangking top 5 bersama Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, Anies Baswedan dan Ridwan Kamil. Bahkan, di Jawa Timur, elektabilitas Gus Muhaimin berada pada posisi 11,5 persen yang menempatkan beliau pada posisi tiga, calon presiden RI. Di Jawa Timur, Gus Muhaimin juga mengalahkan popularitas Khofifah Indar Parawansa (5,8 %), Anies Baswedan (6,5 %), Ridwan Kamil (1,9%), AHY (1,8%), Puan Maharani (1,5%) dan Erick Thohir (1,1%).
Tentu saja, ini sangat menarik untuk dicermati dalam skenario langkah politik ke depan. Ada beberapa kekuatan penting yang saat ini dimiliki Gus Muhaimin dan PKB, yang bisa terus dikonsolidasikan menjadi kekuatan utama:
Pertama, kekuatan warga Nahdliyyin. Tidak bisa dipungkiri, Gus Muhaimin merupakan santri tulen yang jelas kontribusinya untuk pesantren dan Nahdlatul Ulama. Dari lima calon terkuat presiden, hanya Gus Muhaimin yang terlahir dan besar dari pesantren, dan kemudian mengabdikan sepanjang hidupnya untuk pesantren dan kesejahteraan Nahdliyyin.
Kedua, konsolidasi jaringan desa. Gus Muhaimin terbukti sangat dekat dengan warga desa, basis konstituen yang dimiliki PKB dan menjadi potensi penting pengembangan Indonesia masa depan. Gus Muhaimin konsisten untuk memperjuangkan desa, dengan argumentasi yang solid dan infrastruktur sosial yang kuat.
Ketiga, jaringan pekerja dan buruh. Sejarah mencatat bahwa PKB sudah diberi amanah mengisi jabatan Menteri Tenaga Kerja 4 (empat) periode. Melalui Menaker(nya), PKB membuktikan diri sebagai partai yang berkomitmen untuk kesejahteraan pekerja dan buruh, baik yang ada di domestik maupun buruh migran. Kesejahteraan pekerja dan buruh merupakan bagian penting dari ide-ide besar yang didengungkan Gus Muhaimin.
Empat, Gus Muhaimin merupakan aktivis sejati. Ia berkiprah untuk menjalani aktivisme sejak mahasiswa, sebagai Ketua PMII UGM, Ketua PMII Yogyakarta hingga memegang amanah sebagai Ketua Umum PB PMII (1994-1997). Selain di PMII, Gus Muhaimin juga aktif di KNPI, mengabdi di PKB dan juga Nahdlatul Ulama. Terbukti bahwa perjalanan panjang ini menjadikan Gus Muhaimin sangat memahami kaderisasi, dinamika politik, serta pertarungan gagasan dalam kontestasi antar kekuatan politik Indonesia.
Selain empat hal di atas, PKB juga merupakan partai yang bertransformasi secara digital dengan mengembangkan basis pemilih untuk kalangan milenial dan generasi Z. Selama beberapa tahun terakhir, PKB menjadi rumah yang8 nyaman bagi generasi muda untuk mengembangkan ide-ide politiknya. Ini tentunya menjadi modal yang berharga dan penting, meski juga memiliki tantangan yang tidak mudah.
Bagi penulis, Gus Muhaimin juga punya potensi besar untuk diterima oleh warga di luar Jawa, dengan pola konsolidasi yang terukur dan tepat sasaran. Dalam periode menjelang pemilu 2024 ini, potensi-potensi besar ini bisa dirajut bersama dengan kekuatan tim dan jaringan yang yang terkonsolidasi.(***/rf)